Kamis, 22 Mei 2008

ALZHEIMER

Penyakit Alzheimer adalah jenis demensia (kemunduran kemampuan kognitif dan intelektual) yang progresif, ditandai dengan kematian saraf-saraf di otak yang meluas, terutama di daerah otak yang disebut nukleus basalis. Saraf saraf ini bertanggung jawab untuk fungsi ingatan dan pengenalan. Saraf saraf tersebut mengeluarkan asetilkolin, yang berperan penting dalam membentuk ingatan jangka pendek di tingkat biokimiawi (proses kimia di tubuh). Dibandingkan mereka yang meninggal akibat sebab sebab lain, pada otak pasien yang meninggal akibat penyakit Alzheimer terjadi penurunan sampai 90% kadar enzim yang berperan dalam pembentukan asetilkolin, yakni kolin asetiltransferase. Tidak adanya asetilkolin menyebabkan penyakit Alzheimer seperti, mudah lupa dan mengalami penurunan fungsi kognitif. Pada para pengidap penyakit ini, neurotransmitter lain juga tampak berkurang.
Penyakit Alzheimer biasanya mulai terjadi pada usia setelah 65 tahun dan menimbulkan demensia senilis (akibat penuaan). Namun, penyakit ini dapat muncul lebih dini dan menyebabkan demensia prasenilis (sebelum usia lanjut). Penyakit ini juga diturunkan secara genetik, terutama pada penyakit prasenilis.

Proses Terjadinya Alzheimer
Temuan otopsi yang paling menonjol dari pasien penyakit Alzheimer adalah pembentukan jerat jerat neuron yang luas, di mana akson akson bergabung membentuk plak yang disebut plak senilis. Plak senilis terdiri dari sisa sisa ujung saraf yang mati, endapan alumunium, dan fragmen-fragmen protein abnormal. Fragmen protein selalu mengandung suatu protein yang dikenal sebagai protein prekursor amiloid (PPA).
Salah satu teori mengenai pembentukan penyakit Alzheimer mengatakan bahwa pengolahan PPA yang abnormal menyebabkan protein tersebut menonjol dari membran sel saraf, hal ini agaknya menjadi pencetus pembentukan jerat jerat yang menyebabkan kematian sel. Yang menunjang teori ini adalah temuan bahwa gen yang mengkode PPA terletak di kromosom 21, yang apabila dalam kondisi triplicate (bertiga, dan bukan berpasangan), menyebabkan sindrom Down. Hampir semua pengidap sindrom Down yang dapat bertahan sampai usia 40-an akan menderita penyakit Alzheimer. Akan tetapi, pada kelompok kelompok pasien lain, paling tidak terdapat 2 kromosom lain yang dibuktikan berkaitan dengan penyakit Alzheimer, dan hal ini mengisyaratkan bahwa mungkin terdapat lebih dari 1 penyebab genetik untuk penyakit ini.
Teori ke-2 mengenai penyebab penyakit Alzheimer terjadi karena adanya risiko penyakit Alzheimer yang meningkat dengan pewarisan gen tertentu yang mengkode protein pengangkut kolesterol jenis tertentu, yang disebut apolipoprotein E (APO E4). Pewarisan gen untuk APO E4, berbeda dengan varian varian lain protein ini, APO E2 atau APO E3, dapat menyebabkan destabilisasi membran sel saraf sehingga terjadi pembentukan jerat jerat dan kematian sel.

Gambaran Klinis
Terjadi keadaan sering lupa, penurunan kemampuan menilai, perubahan kepribadian dan perilaku yang berkembang lambat dalam periode sampai 10 tahun
Sering dijumpai kehilangan ingatan jangka pendek dan masalah-masalah dengan konsep matematika

Pemeriksaan Diagnostik
Pada saat ini belum ada cara yang pasti untuk mendiagnosis penyakit Alzheimer pada waktu pasien hidup, selain dengan menyingkirkan penyebab penyebab metabolik atau vaskular dari perburukan mental. Dalam beberapa tahun mendatang, diagnosis Alzheimer mungkin dapat didasarkan pada temuan temuan dari pemeriksaan MRI (magnetic resonance imaging) yang sensitif atau pada perubahan pupil yang samar.

Terapi yang mungkin dapat dilakukan
Pendidikan kesehatan untuk penderita dan keluarganya mengenai alat bantu mengingat, jadwal diet, dan tindakan pengamanan yang dapat memperlambat perkembangan gejala

Tersedia obat (Cognex) untuk memperlambat atau mengembalikan gejala gejala dini penyakit Alzheimer. Efektivitas jangka panjang obat ini belum diketahui.